Memanfaatkan Sumberdaya Lobster Secara Berkelanjutan

Ilustrasi Lobster (Pixabay)

Editor: Arif Sodhiq - Kamis, 3 Desember 2020 | 16:30 WIB

SariAgri - Kelestarian sumberdaya lobster (SDL) dan sumberdaya ikan (SDI) lainnya dalam berbagai tahapan biologis adalah aset nasional yang harus dijaga untuk kemaslahatan bangsa saat ini maupun jangka panjang. Menjaga SDL dengan memanfaatkannya secara berkelanjutan merupakan instrumen bagi kesejahteraan bangsa.

Dekan Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) ipb University, Dr Luky Adrianto mengatakan pemanfaatan SDL akan menguras dan membuatnya punah merupakan kesalahan cara pandang.

Menurut dia, keberlanjutan adalah pemanfaatan SDL secara terukur dan terkendali untuk kelesatarian ekosistem dan kesejahteraan masyarakat.

“Untuk itu monitoring melalui observasi data dan pengetahuan tentang SDL secara terus menerus adalah sebuah keharusan melalui penguatan tata kelola perikanan yang inklusif,” ujarnya melalui keterangan tertulis kepada SariAgri.id, Kamis (3/12/2020).

Luky menjelaskan dalam pemanfaatan SDL diperlukan pendekatan komprehensif dan terintegrasi melalui kegiatan budidaya perikanan, perikanan tangkap, konservasi ekosistem dan peningkatan nilai tambah.

“Bisnis perikanan lobster harus dilakukan dengan pendekatan sains dan tidak berdasarkan pendekatan bisnis jangka pendek semata. Oleh karena itu penguatan sains, inovasi dan teknologi perikanan lobster menjadi investasi bersama antara pelaku bisnis dan dunia riset atau perguruan tinggi,” jelasnya.

Luky mengatakan budidaya SDL merupakan prasyarat mutlak dalam konteks keberlanjutan. Pembentukan Lobster Aquaculture Estate (LAE) menjadi sangat penting dan harus didukung secara komprehensif baik dalam konteks kemudahan berusaha, alih teknologi dan kebijakan market yang inklusif.

“LAE dibangun secara kolaboratif antara pelaku bisnis dan pelaku riset atau akademisi melalui pengembangan 3 pilarnya yaitu teknologi budidaya SDL, ecosystem banks untuk SDL, dan instrumen inklusi keuangan yang afirmatif terhadap karakteristik pengembangan perikanan lobster,” terangnya.

Dalam konteks LAE sebagai sebuah kawasan,  lanjut Luky, pengelolaan SDL harus komprehensif dengan pendekatan EAFM. Setidaknya ada tiga hal pokok yang menjadi dasarnya yaitu pengelolaan stok multi- size SDL, protokol pemanfaatan SDL multi-size sesuai dengan siklus biologi termasuk budidaya perikanan dan pengelolaan dan penetapan ekosistem SDL menjadi kawasan sanctuary SDL dewasa sebagai sumber broodstock SDL.

“Ekspor SDL dapat dilakukan secara ketat secara spasial dan temporal. Secara spasial maka ekosistem SDL harus dijaga berbasis WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan), termasuk menentukan pelabuhan
ekspor khusus dengan mekanisme pengawasan bea cukai dan Karantina yang transparan,” ungkapnya.

Baca Juga: Memanfaatkan Sumberdaya Lobster Secara Berkelanjutan
Ekspor Benur Dihentikan, Nelayan di Lombok Terancam Merugi

Luky mengatakan secara temporal ekspor dapat dilakukan secara ketat dengan prasyarat utama yaitu masa beroperasinya LAE di WPP Indonesia. LAE akan menghasilkan SDL multistage yang digunakan untuk kepentingan market hasil budidaya maupun restocking di alam sesuai dengan persyaratan dan ketentuan tentang penebaran benih di alam.

“Kampus terus mendorong dan didorong untuk mewujudkan kelautan dan perikanan yang sehat danmensejahterakan,” pungkasnya. (Arif Ferdianto)