Sekjen PBB Peringatkan Keadaan Darurat Laut

Editor: Putri - Rabu, 29 Juni 2022 | 16:10 WIB
Sariagri - Lautan menutupi sekitar 70 persen permukaan bumi. Sayangnya lautan sering kali hilang dari diskusi tentang mengatasi perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Mengutip laporan France 24, Rabu (29/6/2022), para pemimpin dari lebih dari 20 negara akan mengeluarkan deklarasi untuk melindungi laut lepas dari eksploitasi dan memulihkan kesehatan laut. Para delegasi dari negara-negara tersebut berkumpul di Konferensi Kelautan PBB minggu ini di Lisbon.
“Sayangnya, kita telah mengabaikan lautan, dan hari ini kita menghadapi apa yang saya sebut darurat laut,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres kepada para delegasi pada pembukaan konferensi.
“Kita harus membalikkan keadaan. Laut yang sehat dan produktif sangat penting untuk masa depan kita bersama,” tambahnya.
Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada laut yang sehat. Laut menghasilkan 50 persen oksigen yang kita hirup dan menyediakan protein dan nutrisi penting bagi miliaran orang setiap hari.
Laut juga telah meringankan dampak perubahan iklim bagi kehidupan di darat. Tetapi harus menerima akibat yang mengerikan.
Menyerap sekitar seperempat polusi CO2—bahkan ketika emisi meningkat setengahnya selama 60 tahun terakhir—mengubah air laut menjadi asam, mengancam rantai makanan akuatik dan kapasitas laut untuk menyerap karbon.
Laut menyerap lebih dari 90 persen kelebihan panas dari pemanasan global, melahirkan gelombang panas laut yang membunuh terumbu karang. Memperluas zona mati yang kehilangan oksigen.
“Kami baru mulai memahami sejauh mana perubahan iklim akan mendatangkan malapetaka pada kesehatan laut,” kata pemimpin global Bank Dunia untuk ekonomi laut, Charlotte de Fontaubert.
Baca Juga: Sekjen PBB Peringatkan Keadaan Darurat LautPerusahaan Ini Ubah Lionfish yang Invasif Jadi Produk Fashion
Hal yang memperburuk keadaan adalah semburan polusi yang tidak berkesudahan, termasuk plastik senilai truk sampah setiap menit, menurut Program Lingkungan PBB (UNEP).
Pada tren saat ini, sampah plastik tahunan akan hampir tiga kali lipat menjadi satu miliar ton pada 2060, menurut laporan baru-baru ini oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).