Cerita Wendy Bangun Usaha Lele Sangkuti Farm Beromzet Ratusan Juta

Wendy Perdana pengusaha budidaya ikan lele Sangkuti Farm. (Foto Istimewa)

Editor: M Kautsar - Selasa, 1 Februari 2022 | 14:00 WIB

Sariagri - Ide bisnis bisa datang kapan dan di mana saja. Wendy Perdana (33 tahun) seorang mantan karyawan bank swasta ini sukses membangun usaha budidaya lele bernama Sangkuti Farm di Gadog, Bogor. Mau tahu dari mana ide Wendy muncul? Ya, ide Wendy menyebul setelah melihat maraknya warung pecel lele kaki lima.

Wendy bercerita, 10 tahun silam saat dia melihat semakin banyak bermunculan warung pecel lele kaki lima, dia menyadari potensi bisnis yang menggiurkan.

"Awalnya saya melihat warung pecel lele di pinggir jalan kok banyak banget, kalau satu kelurahan saja misalnya ada 10 warung pecel lele, ya saya berpikir berarti kebutuhan lele banyak banget," ujar Wendy kepada Sariagri.

Akhirnya di tahun 2012 itu, budidaya lele menjadi pilihan bisnis Wendy yang juga merupakan lulusan ekonomi manajemen di Universitas Trisakti.

Bisnis lele yang menjanjikan

Terjun ke dunia agribisnis mengharuskan Wendy secara totalitas belajar mengenai segala hal tentang budidaya dan pasar ikan lele. Dari usaha keras itu, bisnis lelenya berkembang pesat. Bukan hanya sekadar menjual lele segar, Sangkuti Farm milik Wendy juga memiliki lini bisnis lain.

Sangkuti Farm menyediakan ikan lele segar, benih ikan lele, jasa pembangunan infrastruktur kolam lele, pakan lele, hingga ke produk olahan lele. Wendy menyebutkan, saat ini terdapat 31 kolam ikan lele di tempatnya. Dari total itu, tujuh di antaranya khusus untuk kolam pembesaran lele dan 24 kolam lainnya untuk pembenihan lele.

"Di (bisnis) lele itu kan bisnisnya banyak, jadi nggak cuma di budidayanya saja, saya juga kembangin usaha pembenihan, jasa infrastruktur, pakan lele hingga produk olahan," sebutnya.

Menurut Wendy, di awal dia hanya bisa memproduksi benih lele sebanyak 20.000 ekor per bulan, tapi kini produksi benih lele bisa mencapai 80.000 hingga 100.000 ekor per bulan.

Harga benih lele dipatok mulai dari Rp300 per ekor untuk ukuran 7 - 8 sentimeter, Rp400 per ekor untuk ukuran 9 - 10 sentimeter. Benih lele fokus dipasarkan ke kolam-kolam pembesaran petani di wilayah Jabodetabek. Namun, pesanan di luar wilayah itu, kata Wendy, tetap dilayani asalkan lokasi tujuan berada di dekat bandara.

Meski fokus menyuplai pasar-pasar di sekitar Jabodetabek, benih lele milik Wendy sudah sampai ke luar negeri yaitu Timor Leste. "Kemarin kami juga baru saja kirim benih lele ke Timur Leste," ucapnya.

Konsistensi Wendy membuat bisnis lele miliknya terus berkembang hingga bisa memiliki belasan karyawan. "Awal merintis saya hanya dibantu satu orang pekerja operasional, sekarang sudah ada 3 orang di farm, 4 orang di pabrik, dan 7 orang di kantor," ungkap Wendy.

Dari seluruh lini usaha lele, Wendy mengaku bisa mengantongi omzet berkisar Rp150 juta - Rp200 juta setiap bulannya.

Mengangkat citra lele di masyarakat

Ada satu tujuan utama yang ingin Wendy capai melalui bisnisnya, yaitu mengangkat citra lele di mata masyarakat.

Menurut Wendy, banyak masyarakat merendahkan ikan lele. Padahal, kata Wendy, ikan lele merupakan pangan bergizi tinggi yang dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Karena itu, Wendy juga mengembangkan produk olahan lele berupa lele fillet yang kini sudah dipasarkan ke berbagai daerah seperti Jabodetabek, Bandung, Lampung, Bali, dan Semarang.

"Jadi saya ingin lele tidak dipandang sebelah mata, dengan cara meningkatkan nilai tambah ikan melalui produk olahan lele yang inovatif. Sebagian besar market ikan lele masih di ikan segar, jadi harus kreatif dan inovatif untuk ciptakan produk olahan berbahan lele," jelas Wendy.

Pasar lele fillet Wendy lebih menyasar pada agen frozen food, resto sunda, resto geprek, dan ibu-ibu milenial yang ingin praktis menyiapkan MPASI.

"Dengan meningkatkan nilai tambah lele di masyarakat, otomatis dari sisi petani akan mendapat harga panen yang lebih baik dari sebelumnya," ungkap Wendy.

Wendy mengungkapkan, rencana ke depan dia akan mengembangkan ragam produk olahan lele yang lebih inovatif dan bernilai tambah.

Pantang menyerah usaha agribisnis

Meski sudah menggeluti usaha lele selama 10 tahun, bukan berarti Wendy bebas dari segala tantangan. Wendy mengatakan, berbagai resiko kerugian selalu ada hingga saat ini, salah satu yang terbesar yaitu kematian ikan lele. Faktor eksternal dan faktor internal bisa jadi penyebab kematian ikan lele.

"Karena usaha agribisnis ini bermain dengan makhluk hidup, tantangan terbesar adalah bagaimana kita menjaga benih dan ikan yang dibudidayakan bisa tetap hidup dan sehat sampai masa panen. Artinya, resiko kematian ikan selalu ada," sebut Wendy.

Menurut pengalamannya, manajemen air, pakan, budidaya hingga manajemen pasar menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh setiap pelaku usaha agribisnis pada komoditas ikan lele. "Kalau dulu saya pernah mengalami kematian ikan lele secara terus-menerus, tapi dari situ terus belajar bagaimana formula budidaya lele yang tepat untuk diaplikasikan di kolam," kata Wendy.

Kendati penuh resiko dan tantangan, Wendy meyakini bahwa usaha di sektor agribisnis masih punya potensi yang sangat besar untuk digeluti anak muda. Menurutnya, selama pertumbuhan penduduk terus meningkat, maka usaha sektor agribisnis masih terus dibutuhkan.

Baca Juga: Cerita Wendy Bangun Usaha Lele Sangkuti Farm Beromzet Ratusan Juta
Ini Alasan Mengapa Ikan Lele Tidak Mempunyai Sisik



"Anak muda yang suka dengan agribisnis dan ingin menggeluti usaha agribisnis jangan malu lagi, karena potensi dan peluang usaha masih sangat luas. Bisnis pangan akan semakin dibutuhkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, tinggal bagaimana kita harus lebih inovatif menciptakan bisnis yang bernilai tambah," pungkas Wendy.

Video terkini: