Ikan Cucut, Kaya Manfaat dan Bernilai Ekonomi Tinggi

Ilustrasi ikan cucut. (kkp.go,id)

Editor: Dera - Kamis, 30 Desember 2021 | 17:30 WIB

Sariagri - Ikan cucut adalah salah satu jenis ikan yang dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia. Ikan dengan nama latin Rhizoprionodon acutus ini memang termasuk jenis hiu.

Adapun nama lain ikan ini adalah milk shark atau hiu susu. Ikan yang panjangnya bisa mencapai satu meter tersebut dapat hidup mencapai 45-50 tahun dan dapat ditemukan di laut dangkal.

Ikan cucut bernilai ekonomi tinggi, terutama bagian sirip dan hatinya. Siripnya mengandung gelatin tinggi yang dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan sup. Sementara bagian hatinya mengandung vitamin A dan skualen yang dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan obat-obatan dan kosmetik.

Warna tubuh bagian atas ikan ini adalah abu-abu dan bagian bawah berwarna putih. Sementara kulitnya memiliki kemiripan dengan kulit hewan seperti sapi sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan tas dan dompet.

Manfaat ikan cucut bagi kesehatan 

Dilansir dari News KKP, ikan ini mengandung protein dan omega 3 yang sangat baik dalam menunjang kesehatan manusia. Meski demikian, cucut juga mengandung komposisi kimia tapi bergantung pada jenis dan variasi spesiesnya.

Dalam 100 gram ikan cucut mengandung air 73,6 gr, protein 21,7 gr, mineral 1,2 gr. Kandungan tersebut cocok untuk dikonsumsi tubuh.
Hati ikan cucut juga mempunyai nilai ekonomi dan kaya manfaat.

Ikan ini mempunyai kandungan minyak yang tinggi akan vitamin A dan kandungan skualen yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti kesehatan yang dijadikan sebagai obat penyakit tertentu dan bidang kecantikan.

Sementara itu, siripnya juga bernilai ekonomi tinggi, bahkan kerap dijadikan sasaran untuk pecinta kuliner. Sirip ini diolah menjadi serat-serat yang nantinya dijadikan campuran sup.

Indonesia merupakan negara pengekspor sirip cucut ke Malaysia, Singapura dan Hongkong. Berbeda dengan hati dan siripnya, bagian dagingnya justru kurang diminati. Biasanya orang lebih memilih ikan tuna yang mengandung protein lebih tinggi. Namun ikan ini tetap harus diperhatikan paparan merkuri di dalamnya.

Selain itu, dibutuhkan waktu cukup lama untuk mencuci daging dan mengolahnya harus melalui perendaman asam karena tulang rawannya dan kandungan urea yang tinggi.

Di seluruh dunia terdapat 250 sampai 300 jenis cucut. Untuk di Indonesia, terdapat 29 jenis ikan cucut, seperti hiu anjing (Squalus sp), hiu botol (Squalus acanthias), hiu malani, dan hiu kepala martil (Sphyrna sp).

Ikan ini berkembang biak dengan cara melahirkan atau vivipar. Indera penciumannya juga sangat tajam dibandingkan indera penglihatan dan pendengarannya.

Ikan yang satu ini termasuk sebagai karnivora tetapi bisa juga diklasifikasikan sebagai pemangsa segala atau omnivora. Makanan utamanya seperti ikan lain yang berukuran lebih kecil dan cumi-cumi.

Selain itu, ikan ini juga biasanya memangsa penyu, burung laut, zooplankton dan nekton. Dilansir dari oseanografi.lipi.go.id, cucut mempunyai dua cara bernapas.

Cara pertama adalah dengan membuka rongga mulutnya, sementara tubuhnya terus bergerak ke arah depan sehingga air mengalir masuk dan melewati celah-celah insang. Dengan cara itu proses respirasi dapat terus berlangsung dan ikan mendapatkan cukup oksigen untuk pernafasannya.

Cara kedua dengan dengan otot coracoid dan coracobranchial berkontraksi sehingga menyebabkan rongga oropharyngeal bertambah besar dan air masuk melalui rongga mulut oleh pengisapan.

Baca Juga: Ikan Cucut, Kaya Manfaat dan Bernilai Ekonomi Tinggi
Lampaui Target, Nilai Produksi Ikan Nelayan di PPN Sungailiat Capai Rp130,8 Miliar

Seperti kebanyakan ikan hiu lainnya, ikan cucut juga memiliki bau pesing pada dagingnya. Namun sebenarnya bau itu adalah aroma amonia.
Nantinya, amonia akan berubah menjadi urea.

Proses perubahan ini disebut dengan siklus urea. Ketika hiu mati urea yang tersimpan dalam tubuh hiu akan pecah dan kembali lagi menjadi amonia. Itulah yang membuat daging hiu bau amis.