Cerita Sukses Zahratul Ain, Dulunya Karyawan Toko Pakaian Kini Jadi Bos Perhiasan Mutiara

Zahratul Ain, perajin mutiara Lombok yang sukses raup omzet Rp30 juta per bulan. (Foto: Sariagri/Yongki) 

Editor: M Kautsar - Selasa, 2 November 2021 | 18:40 WIB

Sariagri - Kesuksesan tidak serta merta kita raih tanpa adanya perjuangan, itulah pesan yang tertanam dibenak Zahratul Ain, seorang pengusaha sukses asal Kelurahan Sekarbela, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menyimpan sekelumit cerita menarik tentang perjuangannya dalam meniti karier di industri perhiasan mutiara.

Sebelum menikmati hasilnya sekarang ini, wanita yang akrab disapa Risma Pearl itu dahulunya adalah seorang karyawan di toko pakaian.

Waktu itu, Risma mengaku belum berkeluarga dan sama sekali tidak pernah menyangka akan menjadi pengusaha mutiara. Setelah membangun keluarga baru bersama sang suami, ia kemudian memilih menjadi perajin emas.

"Waktu dulu saya kerja di paman bantu jualan baju dan setelah menikah pun kami belum memiliki apa-apa, hanya saja suami jadi pemande (perajin) emas," ucap Risma kepada Sariagri, Selasa (2/11).

Meski profesi menjadi pemande emas menurut Risma cukup bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi namun, tidak ada salahnya untuk menjadi penjualnya, maka dari situlah niat dan tekadnya bersama suami timbul untuk membuka bisnis perhiasan sendiri.

Di tempat tinggalnya, Sekarbela, merupakan wilayah sentra kerajinan mutiara dan emas. Dengan begitu, selain menjualan perhiasan emas, ia juga menjual mutiara yang ia dapatkan dari nelayan di Lombok.

"Di sini seluruh penjual emas rata-rata jual mutiara juga, karena itu dulu kita jualan kecil-kecilan dengan menyewa ruko," katanya.



Dunia perhiasan menurutnya terkadang tidak seperti yang dilihat kebanyakan orang, karena setiap usaha memang pasti ada pasang surutnya. Pernah sesekali ia harus berpindah pindah tempat jualan agar barangnya laku terjual.

Dengan tekad yang kuat, ia beranikan diri untuk menambah modal biaya agar para konsumen atau wisatawan yang berkunjung tidak kecewa karena kurangnya stok perhiasan yang dimiliki.

Tahap demi tahap ia lewati dengan tenang, didalam pikirannya rizki itu sudah tertakar dan tidak akan tertukar, dengan begitu ia lebih kuat hingga rizki yang ia dapat bagaikan sunami yang terus terusan berdatangan.

"Alhamdulillah ada saja rizki yang datang, asalkan kita mau berikhtiar," ujarnya.

Sekarang ini, mutiara yang ia jual tidak hanya dibeli oleh warga lokal dan wisatawan domestik saja, namun juga mampu mengirim ke luar daerah bahkan sampai ke luar negeri, seperti Cina, Jepang, dan Eropa dan ke luar daerah sampai lima kali per bulan, dengan omzet per bulan rata-rata Rp30 juta.

Untuk pasar sendiri ia manfaatkan sosial media dan jaringan travel yang sudah ia miliki sebelumnya dengan rutinitas tamu yang datang dari Bali, Jawa, dan jakarta.

Meski masih dilanda pandemi, omset penjualannya terbilang masih cukup normal karena pihaknya masih bisa memasarkan mutiara secara online melalui marketpalace Facebook maupun Instagram.

"Kita pasarkan lewat sosial media kalau sekarang ini yang dominan, karena masih pandemi," terangnya.

Kendati demikian, ia sendiri saat ini tak perlu khawatir untuk kebutuhan ekonomi, karena aset dan investasi yang ia tanam sudah tercukupi dari hasil penjualan mutiara. Mulai dari memiliki toko sendiri, hingga nilai barang yang mencapai milliaran rupiah.

Baca Juga: Cerita Sukses Zahratul Ain, Dulunya Karyawan Toko Pakaian Kini Jadi Bos Perhiasan Mutiara
UMKM Indonesia-Malaysia Jajaki Kerjasama di Bidang Perikanan



"Alhamdulillah yang penting kita percaya dan tetap rajin menjemput rizki itu," tutupnya.