Mengenal Usaha Perbenihan Ikan Bubara yang Digemari Pasar Domestik dan Ekspor

Ikan bubara (Caranx sp.) atau yang dikenal dengan ikan kuwe.(KKP)

Editor: Arif Sodhiq - Jumat, 17 September 2021 | 12:00 WIB

Sariagri - Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong peningkatan produktivitas budidaya ikan bubara (Caranx sp.) atau yang dikenal dengan ikan kuwe. Ikan ini sangat digemari pasar domestik maupun ekspor. Untuk itu perekayasaan benih dilakukan untuk mendorong produktivitas ikan laut ini.

“Melalui kegiatan perekayasaan yang cukup panjang, ikan bubara telah berhasil dibenihkan secara massal oleh tim teknis BPBL Ambon sejak tahun 2018, setelah sebelumnya kebutuhan akan ikan bubara di pasar hanya dipenuhi oleh hasil tangkapan dari alam,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, Jumat (17/9/2021).

Tebe menjelaskan selain mengembangkan teknik pembenihan untuk menghasilkan benih berkualitas tinggi, BPBL Ambon menyempurnakan teknologi pembesaran ikan bubara di Karamba Jaring Apung (KJA).

“Dukungan dalam bentuk bantuan benih maupun pendampingan teknologi kepada pembudidaya akan terus kami dorong agar lebih banyak pembudidaya yang merasakan manfaat ekonomi dari ikan bubara,” pungkasnya.

Budidaya ikan bubara dan serapan pasar

Ikan bubara menjadi salah satu komoditas favorit pembudidaya KJA di Maluku karena pertumbuhannya yang cepat, hanya membutuhkan waktu 5-6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Di samping itu, ikan ini tahan penyakit, mudah diberi pakan dan tingkat kelangsungan hidupnya tinggi hingga 90 persen.

“Ikan bubara ini juga memiliki harga jual yang cukup tinggi. Seperti di Kota Ambon yang mencapai Rp 65 ribu – Rp 80 ribu per kg untuk size ikan 2-3 ekor per kg. Harga jual ini juga cukup stabil bahkan tidak terpengaruh oleh pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak tahun lalu sehingga semakin banyak pembudidaya yang melirik peluang usaha pembesaran ikan bubara di KJA ini,” kata Perekayasa Ahli Madya BPBL Ambon, Hariyano.

Salah satu kunci dalam usaha pembesaran ikan bubara adalah kualitas perairan yang baik. Provinsi Maluku memiliki kondisi perairan yang cocok untuk memaksimalkan pertumbuhan ikan bubara.

“Apalagi dengan daya serap pasar yang tinggi, masyarakat menilai pembesaran ikan bubara ini cukup menjanjikan sebagai diversifikasi komoditas selain kerapu yang juga mereka budidayakan di KJA walaupun saat ini pemasaran ikan bubara masih  berfokus pada pasar lokal karena sifat ikan bubara yang merupakan ikan pelagis sehingga cukup sulit untuk dapat dikirimkan dalam jumlah yang besar,” terangnya.

Hariyano mengungkapkan tantangan dalam pembesaran ikan bubara, harus ekstra hati-hati saat bersentuhan langsung karena bisa melukai ikan yang bisa mengakibatkan kematian. Untuk itu, kata dia, dianjurkan kepada pembudidaya untuk menggunakan jaring khusus dari kain untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

Ketua Kelompok Waiheru Sejahtera, Mansir pembudidaya ikan di Teluk Ambon mengatakan permintaan pasar di wilayahnya sangat tinggi.

“Tingginya permintaan pasar masih belum dapat dipenuhi oleh kami pembudidaya di Teluk Ambon sehingga area pengembangan masih terbuka sangat luas, apalagi ikan bubara juga memiliki harga jual yang cukup bagus,” katanya.

Baca Juga: Mengenal Usaha Perbenihan Ikan Bubara yang Digemari Pasar Domestik dan Ekspor
Lewat PP Nomor 85 Tahun 2021, KKP Kenakan Tarif Nol Rupiah Bagi Pelaku Usaha Kecil

Dia menyebutkan dari 10 orang anggota kelompok bisa menghasilkan omzet hingga Rp100 juta per siklus dengan melakukan penebaran benih 15-17 ribu ekor dan masa pemeliharaan 7-8 bulan. Dari omzet itu, masing masing anggota dapat mengantongi keuntungan bersih sebesar Rp3-4 juta per bulan.

“Beberapa kendala yang kami hadapi dalam budidaya ikan bubara adalah kenaikan harga pakan di musim tertentu dan perubahan cuaca ekstrim yang terlalu panas atau hujan yang terlalu sering. Selain itu proses penyortiran juga memiliki peran penting agar tidak menghambat pertumbuhan ikan yang lebih kecil,” tandasnya.

Video terkait: