Asosiasi Beberkan Kendala dalam Pengembangan Pasar Produk Olahan Ikan

Ikan menjadi salah satu makanan beku atau frozen food (SariAgri/Arief L)

Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 14 September 2021 | 15:20 WIB

Sariagri - Penjualan produk perikanan di pasar food service seperti catering, kafe, restoran mengalami penurunan tajam di awal masa pandemi. Namun, di sisi lain permintaan meningkat di pasar ritel yang sebagian besar pembeli adalah konsumen akhir.

Melihat fenomena itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan & Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengatakan selama pandemi COVID-19 konsumen cenderung beralih ke produk perikanan olahan bernilai tambah dan siap saji.

“Jadi Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang mampu bertahan dan bisa berkembang selama masa pandemi COVID-19 ini adalah yang mampu melakukan peralihan dari pasar food service ke pasar ritel terutama untuk produk bernilai tambah,” ujar Budhi dalam "Peluang dan Tantangan Digitalisasi dalam Memasarkan Hasil Perikanan" secara virtual, Selasa (14/9/2021).

Budhi mengatakan peralihan pelaku usaha perikanan dari sisi produk maupun pasar membutuhkan inovasi. Salah satunya mengubah produk dan packaging untuk memenuhi pasar ritel. Sebelumnya pasar food service cenderung menerima produk fresh dalam kemasan volume besar. Namun, saat ini permintaan pasar ritel meningkat pesat pada produk kemasan ekonomis bernilai tambah atau siap saji.

Peluang frozen food produk perikanan

Budhi mengatakan inovasi dalam pengembangan produk perikanan olahan dapat meningkatkan minat konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang selama ini masih rendah.

“Produk ikan beku atau frozen food olahan ikan jadi salah satu cara yang paling tepat. Karena frozen food bisa didistribusikan secara luas dan kualitasnya tetap terjaga,” ungkapnya.

Budhi menjelaskan, produk perikanan segar yang dibekukan pada suhu di bawah minus 18 derajat Celcius dapat bertahan hingga tiga tahun. Karena itu, frozen food produk ikan dapat didistribusikan dan dikonsumsi masyarakat di berbagai daerah.

Berbagai produk perikanan yang dapat diolah menjadi frozen food untuk pasar ekonomi menengah ke bawah di antaranya patin, bandeng, lele, kembung dan surimi. Sementara untuk pasar ekonomi menengah ke atas, bisa dikembangkan produk berbahan baku udang, barramundi, cobia dan tilapia yang harganya lebih tinggi.

Dalam membuat produk olahan ikan dalam kemasan ritel atau siap saji, Budhi menyarankan variasi rasa atau bumbu untuk meningkatkan nilai tambah.

“Para konsumen siap langsung masak karena sudah dibumbui, ini perlu inovasi dan edukasi pasar karena belum banyak masuk di pasar Indonesia,” jelasnya.

Tantangan frozen food produk perikanan

Budhi mengakui masih ada kendala dalam pengembangan pasar produk olahan ikan di dalam negeri. Salah satunya, belum tersedianya logistik berpendingin (cold chain) sistem door to door antar kota yang bisa menerima pengiriman dalam jumlah kecil dan berbiaya murah.

Dia mencontohkan saat membeli produk frozen food di marketplace seringkali jasa pengiriman hanya tersedia instan dengan jarak pengiriman terbatas.

“Saya beli frozen food dari Surabaya di marketplace mau dikirim ke Jakarta pasti jasa pengiriman tidak tersedia. Ini jadi problem utama yang harus dipecahkan secara bersama-sama,” katanya.

Baca Juga: Asosiasi Beberkan Kendala dalam Pengembangan Pasar Produk Olahan Ikan
Seafood Hilang dari Menu Restoran AS, Ini Penyebabnya

Menurut dia, pasar produk frozen olahan ikan dapat ditingkatkan dengan memperpendek jalur distribusi dan meningkatkan penjualan online serta perluasan wilayah layanan jasa logistik rantai dingin dengan biaya murah.  

“Kalau ini terpecahkan, maka pasar produk frozen termasuk produk ikan akan meningkat secara luar biasa,” pungkasnya.

Video terkait: