Kegigihan Nelayan Berusia 87 Tahun, Masih Melaut Meski dengan Perahu Tua

Ilustrasi nelayan. (pixabay)

Editor: Dera - Sabtu, 31 Juli 2021 | 19:00 WIB

SariAgri - Nursamat, seorang nelayan asal Desa Kuranji Dalang, Kecamatan Labuapi, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih semangat melaut, meski usianya kini sudah beranjak 87 tahun. Tak heran, jika dirinya dijuluki sebagai 'nelayan senior'. 

Ia pun bercerita bagaimana perjuangannya dalam mendapatkan ikan di laut sungguh tak mudah. Menurutnya, saat ini tangkapan ikan yang didapatkannya tidak sebanyak pada zaman dulu. 

"Kalau dulu ikan jenis apapun kita jumpai di sekitaran perairan Lombok barat ini, berbagai macam warna serta rupa ikan biasa nyangkut di jaring kita, kalau sekarang yang hanya bisa kita jumpai sejenis tongkol, layah dan sejenisnya," kata Nursamat sambil tersenyum ketika diwawancarai Sariagri, Sabtu (31/7/2021).

Leboh lanjut dirinya berkelakar, sejauh ini populasi ikan seperti gulame, barakuda, baronang dan kerapu jarang ia jumpai. Padahal, ikan-ikan itu bisa dijual di sejumlah pasar tradisional.

Nursamat menduga pengurangan populasi ini diakibatkan oleh teknologi manusia dan penangkapan yang berlebihan. Belum lagi, perubahan iklim yang tidak menentu sekaligus kondisi air laut yang sudah mulai rusak akibat pencemaran lingkungan.

"Sekarang ini, banyak juga sampah yang kita temukan di laut dan kapal-kapal besar penangkap ikan. Mungkin itu yang menyebabkan populasi ikan kita menurun," jelasnya.

Kendati populasi ikan yang saat ini sudah mulai berkurang, Nursamat masih rutin mencari ikan dengan hanya mengandalkan perahu tua berukuran 9 x 1,2 meter miliknya. 

Di atas perahu miliknya, tampak tergantung penerang lampu, lengkap dengan daya listrik dari accu bekas truk tronton pengangkut sampah.

Sering kali ketika ia berangkat berlayar, perahunya mati karena mesinnya yang sudah lumayan tua. Dirinya mengaku mendapat perahu itu dari bantuan program pengadaan perahu untuk nelayan dari pemerintah.

"Saat perahu kita mati, kita biasa memanggil bantuan nelayan lain, kalau tidak ada biasa kita perbaiki sendiri," ungkapnya.

Selain itu, jika cuaca normal ia malah tidak mendapat ikan sama sekali, namun di tengah cuaca yang cukup membahayakan, buruan ikannya melimpah hingga memenuhi jaring ikan diperahunya.

"Kalau pendapatan, kita tidak bisa prediksi, kadang banyak, kadang juga tidak ada sama sekali. Kalau sudah kondisi begitu, kita bisa rugi ratusan ribu karena harus membeli bahan bakar dan uang makan," akunya.

Baginya, melaut sangatlah penting, karena mencari ikan adalah satu-satunya cara bagi Nursamat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun di sisi lain, ia mengaku khawatir akan menurunnya populasi ikan yang berimbas pada warga yang menggantungkan hidupnya dari industri perikanan.

Baca Juga: Kegigihan Nelayan Berusia 87 Tahun, Masih Melaut Meski dengan Perahu Tua
Cerita Pilu Nelayan di Cilegon, Sulit Cari Ikan Hingga Tak Bisa Angkut Wisatawan

Nursamat dan nelayan lain berharap ada perhatian sejumlah pihak untuk menyelamatkan hidup mereka dalam jangka panjang, seperti memberikan pelatihan tentang teknologi menangkap ikan, sekaligus menjaga agar populasi ikan bisa bertahan.

"Semoga kondisi yang kita alami selama ini menjadi perhatian, karena kita khawatir hidup kita ini hanya bergantung kepada hasil tangkapan ikan," harapnya.