Pemukiman Nelayan Pasuruan Dipenuhi Bendera Negara Eropa, Ada Apa?

Kampung nelayan menyambut gelaran Piala Eropa 2020. (Foto: Sariagri/Arief L)

Editor: M Kautsar - Kamis, 17 Juni 2021 | 11:45 WIB

SariAgri - Demam perhelatan Piala Eropa melanda hampir di seluruh masyarakat dunia. Termasuk warga di kampung nelayan Desa Gerongan, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Bahkan untuk menyemarakan pesta sepak bola benua biru tersebut, ratusan warga di kampung nelayan ini rela memasang bendera peserta piala eropa di depan rumah maupun di tiang bendera perahu mereka.

Menurut salah satu warga, Samsul Arif, pemasangan bendera tersebut sudah menjadi tradisi setiap ada gelaran sepak bola internasional. Jika momennya Piala Eropa maka ada sekitar 250 lebih bendera yang dikibarkan.

Namun jika perhelatan yang tengah berlangsung Piala Dunia, bisa dipastikan akan ada sekitar 600 hingga 700 bendera negara peserta yang dikibarkan mulai dari negara dari benua Asia, Eropa, Afrika hingga Amerika.

“Setiap ada event sepak bola entah itu Euro Cup atau Piala Dunia pasti kampung nelayan disini mengibarkan bendera dari para peserta kompetisi karena sudah menjadi tradisi. Jika ditotal seluruh bendera yang ada di empat dusun kampung nelayan ini ada sekitar 250 bendera hingga 700an bendera. karena setiap rumah maupun perahu ada yang mengibarkan bendera lebih dari dua,“ ujar Samsul Arif kepada SariAgri, Kamis (17/6).

Untuk tiang bendera yang dikibarkan di depan rumah, warga menggunakan bambu setinggi 20 meter. Dari ratusan bendera itu, yang paling banyak mendominasi diantaranya Spanyol, Italia, Portugal, Swiss, Inggris, Jerman hingga bendera Belanda.

“Dari 24 negara peserta Piala Eropa, ya hanya 8 bendera itu yang favorit diunggulkan sebagai juara tahun ini, “ terangnya.

Samsul menyebutkan untuk bisa mengibarkan bendera peserta Piala Eropa, setiap nelayan rela mengeluarkan uang sebesar Rp250.000 hingga Rp300.000 lebih.

“Bendera yang kecil ukuran 3 meter kali 5 meter, sedangkan yang besar 10 meter kali 20 meter.  Untuk bisa mengibarkan bendera tim kebanggaan, masing-masing nelayan rela mengeluarkan uang Rp250.000 sampai Rp300.000 lebih untuk ongkos jahit dan bahan kainnya,” ucap Samsul.

Sementara itu, Sekretaris Desa Gerongan, Hasani mengatakan pihak pemerintah desa sangat mendukung kegiatan nelayan setempat yang telah menjadi tradisi sejak tahun 1989.

“Kampung nelayan di sini semua warganya baik yang muda maupun tua gemar sepak bola, makanya dikenal dengan sebutan kampung gibol alias gila bola. Bahkan demi menjagokan tim idola mereka bersaing besar-besaran dalam membuat ukuran bendera,“ kata Hasani.

Kendati telah menjadi tradisi lama, pihak pemdes tetap melarang kegiatan pengibaran bendera negara asing itu diikuti dengan taruhan atau kerusuhan jika timnya kalah. Demikian pula di masa pandemi pihak pemdes melarang digelarnya acara nobar atau nonton bersama untuk mencegah penularan virus corona.

“Pemerintah desa mendukung penuh kegiatan pengibaran bendera negara peserta sepak bola tingkat dunia ini. Namun demikian yang tidak boleh dan dilarang adalah jika kesebelasannya kalah lalu terjadi tawuran itu sangat tidak diharapkan. Selain itu acara nobar juga dilarang digelar karena mengundang kerumunan massa,“ kata dia.