Nyale, Mitos Cacing Warna-warni Jelmaan Sang Putri yang Kaya Manfaat

Ilustrasi Cacing Nyale (Antara)

Editor: Reza P - Kamis, 18 Maret 2021 | 21:20 WIB

SariAgri - Berbicara soal Lombok, ada salah satu hewan unik yang memiliki sejarah panjang bernama nyale. Nyale adalah cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut. Wujud Nyale ini cukup unik karena memiliki tubuh yang berwarna-warni.

Nama hewan unik ini semakin populer saat masyarakat di Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar acara Festival Pesona Bau Nyale yang merupakan salah satu festival kebudayaan Indonesia dari NTB.

Melihat dari sejarahnya, dahulu kala ada seorang putri di Mandalika yang sangat dihormati rakyatnya. Keanggunan putri ini tersebar hingga ke seluruh Lombok. Bahkan, pangeran dari berbagai kerajaan berniat untuk mempersuntingnya.

Mereka pun bersaing untuk menjadikannya sang putri sebagai permaisuri. Persaingan tersebut membuat para pangeran saling berseteru, bahkan berpotensi melahirkan peperangan di Lombok jika sang putri memutuskan untuk menikahi salah satu pangeran.

Setelah berpikir panjang, Mandalika pun memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyatnya ke pantai di Kuta, Lombok, pada tanggal 20 bulan ke-10 menurut perhitungan sasak. Mereka semua datang pada waktu yang ditentukan, yakni sebelum Subuh.

Di tengah kegusaran, berdiri di tepian tebing karang di bibir pantai, dihadapan semua orang yang berkumpul, dia pun mengatakan niatnya yakni bersedia menerima seluruh pangeran. Namun, setelahnya Putri Mandalika justru melompat ke laut.

Putri hilang ditelan samudera. Kendati dicari berkali-kali, tidak ada yang dapat menemukannya. Sebagai gantinya, cacing laut berdatangan. Sebelum pergi, putri memang berjanji akan mengunjungi rakyatnya setiap tahun.

Cacing yang disebut nyale ini rupanya benar-benar muncul tiap tahun, tepatnya pada tanggal 20 bulan 10. Warga kemudian memburu cacing warna-warni tersebut karena dianggap bisa memberikan berkah sekaligus menyembuhkan penyakit.

Melansir dari situs Kemenpar, wujud Nyale sendiri begitu unik. Selain berwarna-warni, Nyale juga mengandung protein yang tinggi sehingga sangat layak untuk dikonsumsi. Tidak heran jika setelah menangkap, ada warga yang langsung memakannya. Tapi ada juga yang dibawa pulang dan dimasak untuk dimakan bersama keluarga. 

Biasanya masyarakat memasaknya dengan cara dipepes dengan bungkus daun pisang. Kegiatan berburu Nyale baru usai setelah matahari terbit.

Baca Juga: Nyale, Mitos Cacing Warna-warni Jelmaan Sang Putri yang Kaya Manfaat
Pakar IPB: Perdagingan Nasional Sedang Kanker Stadium 1

Jika ditelusuri lebih dalam, Nyale memiliki kandungan protein sebanyak 43.84%. Sedangkan telur ayam 12.2% dan susu sapi 3.50%. Kadar fosfor dalam Nyale (1.17%) juga cukup tinggi bila dibandingkan dengan telur ayam (0.02%) dan susu sapi (0.10%). Nyale bahkan memiliki kandungan kalsium (1.06%) yang ternyata masih lebih tinggi dari kandungan kalsium susu sapi yang hanya 0.12%.

Bahkan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Prof. Sri Purwaningsih M.Si pernah mengatakan, Nyale berkhasiat sebagai antidiabetes alami. Selain itu, di Cina Selatan, cacing laut telah lama digunakan sebagai obat tradisional dalam mengobati penyakit tuberkulosis, pengaturan fungsi lambung dan limpa, serta pemulihan kesehatan yang disebabkan oleh patogen.