Poninten, Otomatisasi Budi daya Tambak

Desain sistem Poninten yang berfungsi sebagai sensor dan stabilisasi. (Foto: Istimewa)

Editor: M Kautsar - Rabu, 10 Maret 2021 | 16:10 WIB

SariAgri - Pengelolaan budi daya tambak air laut secara konvensional dinilai masih menghambat produktivitas para petambak. Melihat permasalahan ini, dua mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, menciptakan inovasi berupa teknologi pemantauan dan pengendalian tambak air laut secara otomatis.

Terobosan itu diberi nama Poninten atau Pond Treatment and Monitoring System. Terobosan ini digagas Danial Farros Maulana, mahasiswa Departemen Teknik Infomatika dan Muhammad Alfiyan Zulfa, mahasiswa Departemen Teknik Sipil ITS angkatan 2020.

Danial dan Alfiyan yang tergabung dalam tim Doa Umi menggagas ide sistem pemantau dan pengendali parameter air tambak laut.

Danial menjelaskan potensi budi daya di Indonesia yang sangat besar dan masih belum dikelola dengan baik, terutama budi daya tambak. 

“Proses pengambilan keputusan seperti stabilisasi proses sirkulasi dan aerasi juga masih mengandalkan intuisi petambak. Ketidaktepatan proses tersebut akan berakibat pada kematian ikan, yang lebih lanjut berujung pada gagal panen,“ kata Danial kepada SariAgri, Rabu (10/3).

Berdasarkan hasil studi lapangan yang dilakukan oleh keduanya, lanjut Danial, para petambak cenderung kewalahan mengontrol tambak milik mereka.

“Apalagi sebagian dari mereka punya lebih dari lima tambak intensif yang membutuhkan kontrol setiap saat,” ungkapnya.

Keduanya memaparkan ide ini yang terdiri dari dua perangkat, yaitu node (sistem Poninten) yang berfungsi untuk memonitor parameter air tambak laut, serta aplikasi sebagai pengendali jarak jauh. 

Cara kerja alat ini cukup sederhana, alat akan mendeteksi tingkat parameter yang sudah ditentukan kemudian akan menstabilkan air jika parameternya berubah. 

Alat juga akan mengirimkan notifikasi perubahan parameter ke ponsel pengguna melalui aplikasi dengan teknologi Long Range (LoRa) yang merupakan protokol komunikasi nirkabel jarak jauh untuk area luas dengan daya rendah. 

Lebih lanjut, Danial menjelaskan Poninten mengandalkan beberapa parameter untuk menciptakan kondisi tambak yang optimal. Parameter tersebut adalah suhu, ketinggian permukaan air, dan salinitas atau kandungan garam dalam air. 

Tingkat akurasi sistem terhadap air tambak untuk tiap parameter sangat baik dengan tingkat persentase kesalahan rata-rata di bawah satu persen. Keakuratan ini didapatkan dari hasil uji coba di kolam mini.

Danial mengklaim ide mereka unggul dari pada ide sensoring tambak lainnya karena memiliki kemampuan untuk mengembalikan perubahan parameter, sehingga kualitas air tambak tetap terjaga. Keunggulan lainnya adalah penghematan biaya hingga 37,5 persen. 

“Dengan spesifikasi alat yang ada di tambak berupa satu aerator dan satu pompa,” jelasnya.

Sementara itu, Alfiyan menegaskan untuk saat ini fokus penelitian mereka masih terbatas pada kondisi tambak yang optimal bagi komoditi udang vaname.

Dua mahasiswa asal Gresik ini pun berencana untuk mengembangkan riset hingga menjangkau komoditi yang lain.

“Misalnya komoditi mujaer, kita teliti pH optimalnya berapa, begitu juga dengan parameter yang lain,” ungkapnya.

Berbicara mengenai kendala dan hambatan, Danial mengatakan mereka sempat mengalami kendala teknis saat berada di tahap final. Namun hal itu tidak berdampak buruk, sehingga mereka berhasil mengantongi penghargaan Best Internet of Things (IoT) Design dalam kompetisi Ganesha IoTech 2021 yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Februari lalu.

“Untungnya Alfiyan bisa menggantikan saya waktu presentasi,” lanjutnya.

Danial dan Alfiyan berharap nantinya ide mereka dapat dikomersialkan dan diimplementasikan kepada masyarakat. Selain itu, kata Alfiyan, kompetisi business plan seperti ini memberikan wawasan yang sangat bermanfaat, seperti ilmu bisnis yang disampaikan langsung oleh pakarnya.