Meski Disebut Negara Maritim, Sayangnya Riset Tentang Kelautan Masih Minim

Salah satu riset, penelitian rumput laut (Pixabay/ DoroT Schenk)

Editor: Andry - Sabtu, 16 Januari 2021 | 18:00 WIB

SariAgri -  Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi maritim yang sangat besar.  Sayangnya jumlah riset ataupun publikasi ilmiah yang dilakukan peneliti Indonesia masih terbatas.

Dosen Departemen Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad Noir Primadona Purba menjelaskan, Indonesia masih sangat kekurangan infrastruktur pendukung riset bidang kelautan. 

 

“Kita kekurangan sumber daya, baik manusia dan infrastruktur pendukung untuk riset laut dalam beserta di dasar perairan. Hal ini penting, publikasi terkait hal ini masih jarang ditemukan,” ujar Noir dikutip dalam laman resmi Unpad.

 

Indonesia, kata Noir, setidaknya mempunyai 150 jurusan yang fokus pada bidang kelautan. Tidak lebih dari 30 instansi pemerintahan dan swasta yang melakukan riset di laut.

Dari segi infrastruktur, Indonesia sudah mempunyai 20 kapal riset. Namun, jika dibandingkan dengan luas laut Indonesia, hal ini dirasa masih sangat kurang. Apalagi jika digunakan untuk riset di laut lepas dan laut dalam.

 

Diakui Noir, perairan Indonesia merupakan salah satu laboratorium alam terbesar di dunia. Dari segi ekosistem, Indonesia mempunyai tingkat biodiversitas yang tinggi untuk ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan mangrove.

 

Karakteristik perairan dari timur ke barat maupun utara ke selatan sangat berbeda. Keragaman karakter ini menjadikan riset mengenai perairan Indonesia harus dilakukan secara lokal dan kontinyu.

 

Luasnya perairan Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri bagi dunia riset. Riset perairan Indonesia tidak hanya berbicara seputar eksplorasi. Secara paralel, riset juga didorong untuk menjaga sumber daya laut.

 

“Hal paling penting adalah negara-negara lain juga bergantung pada kondisi laut Indonesia. Jika laut Indonesia dalam kendisi baik, maka kondisi perairan serta ekosistem di negara mereka juga pasti baik,” kata Noir.

 

Lebih lanjut Noir menjelaskan, riset yang bisa dilakukan terkait laut sebetulnya sangat banyak. Hampir seluruh bidang ilmu memiliki pandangan penelitian tersendiri mengenai laut. Para oseanografer, atau ahli kelautan, juga sudah berusaha memetakan kondisi laut.

 

“Sampai saat ini masih sekitar 50% yang berhasil dieksplorasi,” kata Noir.

 

Mengingat sumber daya riset masih belum optimal, sejumlah peneliti maupun instansi Indonesia kerap menjalin kerja sama dengan pihak asing, terutama untuk riset terkait perairan laut lepas. Sejumlah negara, seperti Tiongkok, Perancis, Jepang, Jerman, hingga Amerika Serikat kerap melakukan kerja sama riset dengan Indonesia.

Topik penelitian yang diangkat di antaranya untuk mengetahui arus lintas Indonesia, pembalikan massa air laut (upwelling), tsunami, hingga iklim dan cuaca.