Berita perikanan - Daya saing industri perikanan Indonesia kalah saing dengan Taiwan dan Jepang.
SariAgri - Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo, Indonesia memiliki laut begitu luas seharusnya bisa terdepan dalam produksi perikanan dunia.
Tapi, faktanya Indonesia masih berada di bawah negara yang memiliki luas laut terbatas seperti Taiwan dan Jepang. Hal ini, kata Budhi, disebabkan beberapa regulasi pemerintah pusat yang terlalu menghambat sektor budi daya dan perikanan tangkap membuat industri perikanan Indonesia.
“Beberapa peraturan dari pusat yang menghambat sektor akuakultur dan perikanan tangkap membuat utilitas bahan baku perikanan kita hanya sekitar 60 persen sehingga industri pengolahan perikanan terhambat bahan baku,” kata Budhi, Rabu (13/1).
Oleh karena itu, sambungnya, daya saing industri perikanan Indonesia kalah di pasar internasional karena bahan baku yang jauh lebih mahal jika dibandingkan negara-negara pesaing seperti India dan Vietnam.
Melanjutkan pembicaraanya, Budhi menjelaskan produk industri perikanan sektor retail khususnya, memiliki prospek yang bagus meski ditengah pandemi covid-19. Saat food service seperti hotel dan restaurant anjlok hingga 80 persen produk perikanan retail justru tumbuh hingga 30 persen.
Hal tersebut terjadi karena permintaan makanan siap saji dan siap masak meningkat di masa pandemi. “Karena pandemi, permintaan pasar terhadap produk ready to eat & ready to cook meningkat sehingga sektor retail terjadi peningkatan dibanding food service yang terjun bebas,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, ke depan anggota AP5I akan didorong untuk mentransformasi yang awalnya menjual raw material menjadi produk olahan. Selain lebih ekonomis, kualitas juga bisa terjaga dan tahan lama.
Budhi mengungkapkan masih ada banyak tantangan untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia. Salah satunya adalah infrastruktur sektor distribusi logistik yang menurutnya masih sangat kurang dan terlalu terfragmentasi sehingga persebaran produk retail seperti ikan beku dan makanan olahan UMKM menjadi terbatas.
Semua persoalan tersebut, kata dia, dibutuhkan kerja sama semua pihak termasuk mahasiswa untuk bersama memecahkan permasalahan ini. Sehingga, industri pengolahan perikanan Indonesia bisa maju dan mampu bersaing di pasar internasional.
“Salah satu masalah saat ini adalah distribusi logistik yang masih lambat dan terfragmentasi, sehingga olahan retail yang potensial sebarannya hanya sebatas dalam kota. Jadi mari, kita bersama-sama bersinergi untuk memecahkan masalah ini sehingga produk perikanan kita bisa bersaing dipasar global,” pungkasnya.