Unik, Wanita di Pulau Jeju Cari Kerang dengan Cara Menyelam

Seorang wanita menjadi penyelam Jeju. (Foto: Jejuweekly)

Editor: M Kautsar - Minggu, 27 Desember 2020 | 19:02 WIB

SariAgri - Selain dikenal dengan drama dan KPOP, Korea juga memiliki cerita unik di setiap daerah, Pulau Jeju salah satunya. di Pulau yang terletak di bagian paling selatan semenanjung Korea ini ternyata memiliki sebuah tradisi, yaitu mencari kerang dengan cara menyelam ke dalam laut.  Uniknya lagi, pekerjaan ini dilakukan oleh para wanita asli pulau tersebut.

Saat akan menyelam, para perempuan ini hanya menggunakan pelampung untuk menandakan bahwa dirinya sedang ada di bawah air, kemudian mereka akan membawa cangkul untuk menangkap abalon.

Mengenakan rompi timbal-tertimbang dan kacamata, mereka terjun ke kedalaman 20 meter di mana mereka tinggal di bawah air menahan napas selama dua atau tiga menit.

Mereka sangat menyesuaikan dengan kehidupan bawah laut. Mereka benar-benar bisa menjadi “putri duyung”. Setelah mereka kembali ke permukaan, mereka membuat suara siulan, yang merupakan cara unik mereka bernapas dan menghirup oksigen segar.

Penyelam wanita biasanya bekerja dalam kelompok. Setelah selesai menyelam, mereka biasanya membuat api unggun di pantai, mengeringkan pakaian, makan dan mengobrol.

Menyelam merupakan salah satu pekerjaan dengan pendapatan yang cukup memuaskan disana. Para penyelam wanita di Jeju memiliki banyak kebebasan, kemandirian, dan harga diri daripada wanita lainnya.

Sejarah Wanita Penyelam Jeju

Dilaporkan situs Korea Tourism Organization, istilah Jam-Nyo atau wanita penyelam sudah ada sejak abad ke-17. Adanya migrasi besar-besaran para perempuan ke pulau tersebut pada tahun 1887 dan Jepang pada tahun 1903 tercatat menjadikan produktivitas mereka naik dalam jumlah besar.

Pada abad ke-17 pekerjaan menangkap ikan dan menyelam berubah menjadi pekerjaan wanita. Bisa juga dikatakan bahwa perempuan lebih mudah beradaptasi dengan pekerjaan, menjadikan mereka lebih cocok untuk berenang daripada laki-laki, dengan karena lemak tubuh yang lebih banyak.

Mereka tidak hanya terampil dalam mengumpulkan makanan laut, tetapi juga memiliki minat yang besar dalam berbagai isu budaya dan sosial. Selama masa kolonial, mereka memimpin kampanye anti-Jepang dan koperasi juga didirikan untuk melestarikan sumber daya laut.

Mereka juga bekerja untuk melestarikan budaya Haenyeo. Haenyeo diberikan medali untuk kontribusi mereka selama kampanye anti-Jepang, dan melihat penciptaan sebuah monumen dan taman peringatan untuk menghormati mereka, yang terletak di Hado-ri, Jeju-do.