GEF Salurkan 78,5 Juta Dolar untuk Proyek Pangan Biru FAO

CEO & Ketua GEF Carlos Manuel Rodriguez (kiri). Menteri Negara Lingkungan Hidup, Perubahan Iklim dan Teknologi, Maladewa, Ahmed Naseer, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Indonesia Dr. Alue Dohong, dan Spesialis Komunikasi FAO untuk FAO-ISLME di stasiun pembelajaran, Maria Hulupi di Stasiun Pembelajaran FAO ISLME di pameran Global Environment Facility (GEF) se-Asia Pasifik di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (10/1/2023).

Editor: Yoyok - Rabu, 11 Januari 2023 | 10:00 WIB

Sariagri - Dewan Global Environment Facility (GEF) telah menyetujui 78,5 juta dolar AS untuk 13 proyek yang dipimpin Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) di 16 negara, termasuk Indonesia. 

Proyek FAO GEF bermitra dengan berbagai Kementerian Indonesia termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Proyek GEF-FAO mengatasi krisis lingkungan global yang berdampak pada produktivitas dan keberlanjutan -sistem pangan pertanian di lahan dan air di lima benua.

GEF didirikan di Earth Summit di Rio pada tahun 1992 untuk membantu mengatasi masalah lingkungan. Sejak saat itu, GEF telah memberikan lebih dari 21,1 miliar dolar AS dalam bentuk hibah dan memobilisasi tambahan 114 miliar dolar AS untuk pembiayaan bersama lebih dari 5.000 proyek di 170 negara.

Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal mengatakan banyak pekerjaan telah dilaksanakan dalam mengelola keanekaragaman hayati perairan darat dan laut di Indonesia, beberapa yang cukup besar adalah bermitra dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam ISLME (Proyek regional untuk manajemen keberlanjutan pada ekosistem laut besar Indonesia) dan IFISH (Proyek Konservasi di Perikanan Darat). 

“Manajemen kegiatan ‘ekonomi biru’ yang berkelanjutan, mencakup ‘pangan biru’ – pangan yang dihasilkan dari laut, danau, dan sungai. Pangan biru memiliki peran penting dalam mencapai ketahanan pangan, mengakhiri kekurangan gizi, dan membangun sistem pangan yang sehat, positif alam, dan tangguh di dunia,” kata Rajendra Aryal usai Lokakarya Global Environment Facility (GEF) se-Asia Pasifik di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (11/1/2023).

Bekerja sama dengan KKP, proyek FAO ISLME mempromosikan pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan yang berkelanjutan di Laut Indonesia, seluas lebih dari 2,3 juta hektar, dimiliki bersama oleh Indonesia (98 persen) dan Timor-Leste (2 persen). 

Wilayah ISLME terletak di jantung kawasan biogeografis samudra Indo-Pasifik bagian barat, yang memiliki spesies laut terkaya di dunia. Terdapat 500 jenis terumbu karang, 2500 jenis ikan laut, 47 jenis mangrove dan 13 jenis lamun.

Dalam Lokakarya Asia Pacific FAO ISLME dipilih sebagai salah satu Stasiun Pembelajaran GEF atas dukungan ISLME terhadap keberlanjutan lintas batas, perlindungan habitat perair laut besar, dan produktivitas marikultur. Kegiatan proyek digerakkan oleh data berdasarkan  bukti-bukti di lapangan, dan dalam kemitraan erat dengan akademisi dan berbagai kepentingan kelompok seperti nelayan,  kelompok perempuan dan sektor swasta.

ISLME bekerja untuk membantu kedelapan perikanan unggulan pada pendekatan ekosistem dan manajemen perikanan (EAFM) dan strategi panen, terutama lobster, kepiting, bakau, rajungan, kakap, kerapu, lemuru, rumput laut dan teripang. 

Produk ini menawarkan potensi ekonomi jangka Panjang untuk pembangunan tingkat nasional. ISLME mendukung area 712, 713 , 714 dalam wilayah perairan laut Indonesia dan perairan utara Timor Leste. ISLME juga membantu analisis diagnostik lintas bantas dalam perairan Indonesia dan Timor Leste. 

Baca Juga: GEF Salurkan 78,5 Juta Dolar untuk Proyek Pangan Biru FAO
Heboh Teluk Jakarta Tercemar Paracetamol, KLHK: Tidak Berbahaya bagi Kesehatan Manusia

FAO-IFISH adalah proyek FAO lain yang dilaksanakan bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengarusutamakan nilai konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan ke dalam praktik perikanan darat.

Proyek ini merupakan proyek perikanan darat terbesar di Indonesia yang saat ini sedang berlangsung. Perikanan darat di Indonesia umumnya dilakukan oleh industri skala kecil dan masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai. Pada tahun 2018, sedikitnya 965.756 keluarga nelayan menggarap perikanan darat di seluruh Indonesia.