Tak Banyak yang Tahu, Ini Filosofi Kepala Sapi di Tradisi Petik Laut
Editor: Tatang Adhiwidharta - Selasa, 20 September 2022 | 13:00 WIB
Ribuan nelayan dari tiga Kelurahan di pesisir pantura Kebupatan Tuban, Jawa Timur meramaikan tradisi petik laut. Tiga kelurahan di Kecamatan Tuban, yang mengikuti rangkaian kegiatan petik laut dan kirab budaya yakni Kelurahan Sidomulyo, Karangsari dan Kelurahan Kingking.
Selain sebagai upaya melestarikan budaya warisan nenek moyang, tradisi ini juga sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas nikmat hasil laut yang melimpah.
“Tahun ini tradisi mengusung tema wisata petik laut tuban diwarnai kirab budaya dari Forum Generasi Pesisir Berkarya (FGPB) dengan mengarak kepala sapi dan bekakak menuju pantai boom,” tutur Ali Rohmad, Ketua FGPB kepada Sariagri.
Salah satu sesembahan yang akan di larung, imbuh Ali, yaitu bekakak berisikan telor, kacang ijo, kacang tanah, lawe, suri, nila, pisang, cabe, terasi, micin dan bumbu lengkap, gula, kelapa, bunga dan nasi tumpeng kecil.
Ali menjelaskan filosofi dari isi sesajen seperti pisang simbol sebagai jamuan bagi penguasa laut yang kasat mata. Kembang boreh yakni campuran sejumlah bunga seperti mawar, melati, kantil, kenanga dan daun pandan yang dibungkus daun pisang dan diolesi minyak wangi.
“Kembang boreh artinya menyingkirkan sang kala ketika para nelayan melarung bekakak dan bunga tangkil bermakna berharap Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan keselamatan kepada para nelayan,” terangnya.
Kemudian ada lawe biasa disebut awe awe dino mburi supoyo golek rejeki ora kewohan yang artinya berharap di masa depan nelayan tidak kesulitan mencari rejeki.
Sedangkan sesaji ayam panggang dan kepala sapi lengkap dengan asap kemenyan membumbung diartikan ngeureuyauh atau tolak bala dari segala marabahaya yang menimpa nelayan.
“Kyai Mancung atau kepala sapi dipersembahkan kepada laut, setelah seekor sapi disembelih, dagingnya dibagikan kepada seluruh warga dan kemudian Kepalanya dipakai ritual,” aku Ali.
Selanjutnya sesajen dan kepala sapi berikut miniatur perahu yang berisikan berbagai boneka yang telah disiapkan sebelumnya dilarung ke tengah laut.
Ali memaparkan prosesi petik laut diawali rangkaian iringan atau kirab yang di tampilkan ketiga kelurahan yakni sidomulyo menampilkan budaya lintas agama dan kesenian tongklek, karang sari menyuguhkan hasil laut dan miniatur alat nelayan serta kingking menunjukkan hasil laut dan kesenian barongsai.
Kirab dimulai dari plaza ikan Kelurahan Karangsari dan berakhir di pantai boom kelurahan sendangharjo, tuban. Tradisi kemudian dilanjutkan ritual petik laut.
Kegiatan ini juga menjadi berkah tersendiri bagi pedagang sekitar lokasi karena antusias warga terlihat menonton berjajar di sepanjang jalan menuju pantai boom.
"Alhamdulillah antusias para nelayan sungguh luar biasa, yang awalnya hanya 400 peserta ternyata dihitung oleh panitia mencapai 1.500 orang dengan diangkut 500 perahu tradisional. Semoga acara ini bisa menjadi event tahunan dan nanti kedepannya akan kita selenggarakan dengan lebih meriah lagi," pungkasnya.