Biaya Operasional Membengkak, Nelayan Keluhkan Kenaikan Harga BBM

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 16 September 2022 | 22:30 WIB
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang telah diberlakukan pemerintah sejak sabtu (3/9/2022), dikeluhkan para nelayan di pesisir Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Nelayan mengaku, sejak harga BBM subsidi jenis solar naik, biaya operasional mereka juga jadi membengkak. Namun sayangnya, kenaikan harga BBM itu, tidak dibarengi dengan naiknya harga jual ikan.
“BBM naik jelas membuat biaya operasional nelayan membengkak, sebab harga ikan justru malah menurun. Seandainya harga ikan ikut naik, maka penggeluaran BBM akan sebanding,” keluh Tuwarni, salah seorang nelayan di dermaga tamperan Pacitan, kepada Sariagri, Jumat (16/9/2022).
Tuwarni menambahkan kenaikan harga bbm hampir dirasakan semua nelayan. Mereka mengaku biaya operasional melaut jadi ikut naik, antara 40 hingga 50 persen, tergantung jenis kapal yang digunakan.
Untuk jenis kapal kecil, biasanya nelayan hanya mengeluarkan biaya BBM sebesar Rp50.000. Namun sejak harga BBM naik, biaya yang dikeluarkan untuk membeli solar rata-rata meningkat tajam menjadi Rp75.000 hingga Rp100.000.
“Sebagai contoh kapal kecil punya saya, untuk sekali melaut butuh antara lima hingga sepuluh liter solar. tergantung berapa lama bertahan di laut. Sementara keuntungan yang didapat tidak bisa dipastikan, tergantung musim ikan. Namun sejak harga BBM naik, modal untuk melaut juga meningkat. Sehingga keuntungan menipis,” bebernya.
Sementara itu, Lisa Rahmayati, salah satu pengepul ikan di dermaga tamperan, mengatakan harga ikan dari nelayan saat ini turun meskipun BBM sedang naik. Hal itu dikarenakan sedang musim ikan yang membuat tangkapan jadi melimpah.
“Ya wajar harga ikan turun. Sebab tangkapan ikan sedang banyak dan melimpah. Kalau nelayan jual tinggi, terus pengepul juga ikut jual harga naik, siapa yang beli. Konsumennya jelas gak mau, karena harga awalnya sudah segitu,” tutur Lisa sambil terus menghitung jumlah setoran ikan.
Penurunan harga ikan paling mencolok terjadi pada jenis tuna berkualitas super di kisaran Rp32.000 per kilogram. Padahal harga sebelumnya mencapai Rp40.000 per kilogram.
Para nelayan berharap pemerintah memberikan subsidi BBM bagi mereka, karena melaut menjadi satu-satunya pekerjaan yang diandalkan oleh masyarakat pesisir.
“Kalau bisa ada subsidi BBM, tidak usah BLT yang sifatnya sementara. Kasihan kami para nelayan tidak ada pekerjaan lain. Hanya mengantungkan hidup dari menjual hasil tangkapan ikan. Kalau BBM mahal tidak bisa melaut, kami tidak makan,” Timpal Tuwarni.